Lyrik (6): Rhytmus

Rhythmus dalam bahasa Indonesia dapat kita artikan sebagai irama. Irama merupakan bagian dari struktur fisik dalam kajian puisi. Irama merupakan pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Secara umum dapat disimpulkan bahwa irama merupakan pergantian berturut – turut secara teratur.

Menurut R.J. Pradopo, irama dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1.       Metrum

  • Metrum jambis, tiap kaki sajak terdiri dari sebuah suku kata tak bertekanan diikuti suku kata yang bertekanan
  • Metrum anapes, tiap kaki sajak terdiri dari tiga suku kata yang tak bertekanan diikuti suku kata yang tak bertekan, kemudian diikuti suku kata yang bertekanan.
  • Metrum trochee atau trocheus, tiap kaki sajaknya terdiri dari suku kata yang bertekanan diikuti suku kata yang tak bertekanan.

2.      Ritme / irama

Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi. Selain itu, Irama (bahasa Yunani: ‘mengalir’, atau dalam bahasa Yunani Modern, ‘gaya’) ialah kelainan penekanan bunyi-bunyi atau peristiwa-peristiwa lain yang berkait dengan berlangsungnya masa. “Irama melibatkan pola-pola jangka masa yang wujud pada tahap yang luar biasa dalam musik”, dengan jangka masa dikesani melalui jarak waktu interonset (London 2004, m.s. 4). Apabila ditentukan oleh peraturan ini, irama dipanggil meter. Irama wujud dalam mana-mana satu perantara bersandar masa, tetapi ia paling berkait dengan muzik, tarian, dan kebanyakan puisi.

Kajian irama, tekanan, dan nada dalam pertuturan dipanggil prosodi; irama adalah salah satu topik dalam linguistik. Semua ahli muzik, pemain muzik, dan penyanyi menggunakan irama, tetapi irama sering dianggap sebagai domain utama pemain dram dan pemain genderang.

Fungsi irama dalam puisi :

  • Puisi terdengar merdu
  • Mudah dibaca
  • Menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tak terputus dan terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji-imaji) yang jelas dan hidup.
  • Menimbulkan pesona atau daya magis

Dalam menganalisis efek bunyi, Rene Wellek membagi: (a) beda pelaksanaan dan (b) pola bunyi. Pelaksanaan pola bunyi misalnya dengan membaca keras. Dalam membaca keras kita menambahkan sifat khas pada pola bunyi dan juga kita kadang-kadang menyembunyikan.

Bunyi dibedakan dua aspek yaitu inheren dan relasional. Aspek bunyi inheren adalah kekhususan bunyi a, o dan p. Aspek ini disebut sifat musik atau bunyi indah (musicality, euphony). Aspek kedua (relasional) adalah dasar irama dan guru lagu: nada (tinggi rendah), tempo (lama atau sebentar), dramatik (kuat atau lemah) dan pengulangan (jarang atau tetap).

Osip Brisk menggolongkan bunyi menurut jumlah pengulangan: (a) pengulangan berturut-turut dalam satu kelompok, (b) kedudukan bunyi dalam satuan irama yang terdiri dari:

  • Pengulangan yang sangat berdekatan (sajak berderet)
  • Pengulangan di awal dan di akhir
  • Pengulangan di akhir baris dan awal baris
  • Pengulangan di awal dan di akhir sanjak.

Pengulangan di awal dan di akhir biasanya kita kenal dengan Anapher dan Epipher.

  • Anapher

Dalam kamis besar bahasa Indonesia Anapher atau anafora merupakan pengulangan bunyi, kata atau struktur sintaksis pada larik-larik atau kalimat- kalimat yang berturutan untuk memperoleh efek tertentu. Dalam puisi Anapher merupakan pengulangan  suku kata, kata di awal baris dalam sebuah bait puisi.

Contoh:

(…)

Mein Aug steigt hinab zum Geschlecht der Geliebten:
wir sehen uns an,
wir sagen uns Dunkles,
wir lieben einander wie Mohn und Gedächtnis,
wir schlafen wie Wein in den Muscheln,
wie das Meer im Blutstrahl des Mondes.

(…)

Dalam puisi ini kata wir dapat kita golongkan sebagai Anapher. Pengulangan ini bertujuan untuk memberikan penekanan dalam pembacaan sebuah puisi.

  • Epipher

Merupakan pengulangan suku kata maupun kata di akhir baris dalam sebuah bait.

Contoh:

Wir spielen neben euch

Wir möchten mit euch spielen

Wir freun uns neben euch

Wir möchten uns mit euch freuen

Wir weinen neben euch

Wir möchten mit euch weinen

Wir warten neben euch

Wir möchten mit euch warten

Wir wohnen neben euch

Wir möchten mit euch wohnen

Wir sind unsicher neben euch

Wir möchten mit euch sicher sein

Ihr lebt neben uns

Wir möchten mit euch leben

Dalam karya sastra aspek irama (ukuran waktu atau tempo) juga penting dan persoalan  yang lebih penting adalah menerapkan sifat-sifat irama baik dalam puisi atau prosa. Dalam puisi, irama merupakan faktor penting. Sedangkan dalam prosa dipahami seperti irama dalam percakapan sehari-hari.

Metrum marupakan cara bagaimana membaca suatu kata dalam lirik diucapkan atau ditekankan.

3.  Melodi

Melodi adalah susunan deret suara yang teratur dan berirama (Kusbini, 1953:62). Melodi timbul karena pergantian nada kata-katanya, tinggi rendah bunyi yang berturut-turut. Makin kuat melodi nyanyian kian liris sajak itu. Bedanya melodi nyayian dengan puisi ialah terletak pada macam bunyi (nada) yang terdapat pada sajak itu tak seberapa banyaknya dan intervalnya (jarak nada) itu juga terbatas. Irama, metrum, dan melodi itu bekerja sama dalam sajak hingga menghasilkan (merupakan) kesatuan yang indah padu.

4.  Tekanan

Tekanan dinamika; adalah tekanan pada kata yag terpenting, menjadi sari kalimat dan bait sajak. Tekanan nada; adalah tekanan tinggi (rendah). Perasaan marah, gembira, dan heran sering menaikan suara, sedang perasaan sedih menurunkan suara. Tekanan tempo; adalah cepat lambatnya pengucapan suku kata, kata, atau kalimat.

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment